Martinus Nunukuau bersama hewan piaraannya |
Sarmi- Meski program Respek sudah bergulir dari tahun 2007, namun ternyata hingga saat ini masih ditemukan ada Kampung yang belum menikmati program spektakuler dari Bas Suebu dan Alex Hesegem itu. Setelah sebelumnya diberitakan ada 10 kampung di Kabupaten Biak Numfor, kali ini ditemukan di Kabupaten Sarmi, Distrik Apawer Hulu, yakni Kampung Bina.
Kampung yang dihuni kurang lebih 60 jiwa itu, hingga tahun 2011 ini tak tersentuh oleh program Respek. Mereka hidup apa adanya, dengan menggantungkan nasib mereka pada segala sesuatu yang disediakan oleh alam tempat mereka bernaung. Tidak ada bangunan permanen, baik Gereja maupun rumah warga, semuanya dari kayu dan gaba, semuanya dibuat dengan cara dan pengetahuan tradisional.
“ Ya, dari tahun 2007 sejak kami terlepas dari Kampung induk, Airoran, kami tidak pernah dapat program Respek,” ungkap Martinus Nunukuau, Kaur Pembangunan, Kampung Bina, Distrik Apawer Hulu, Kabupaten Sarmi. Meski iri dengan kampong induknya Airoran yang mendapat dana Respek setiap tahunnya, tapi dirinya berupaya untuk realistis melihat kondisi itu.
Karena keadaan itu, kata Martinus, Kepala Kampung dan sejumlah warga sudah berupaya ke Kabupaten Sarmi untuk meminta kejelasan soal program Respek, namun mereka tidak mendapat tanggapan. “ Kepala Kampung pulang ke sini, tidak bawa hasil, ya kami tinggal saja seperti ini,” jelasnya.
Karena tidak mendapat perhatian dari Pemerintah, banyak warga di kampungnya, kata Martinus, yang pergi ke Sarmi dan menetap berbulan-bulan di Sarmi, termasuk Kepala Kampung dan Sekertaris Kampung.” Sekertaris Kampung sudah 4 tahun tinggal di Sarmi, tidak pernah pulang ke Kampung lagi,” ungkapnya.
Dalam keadaan yang demikian, kata Kaur Pembangunan ini, hanya seorang guru Jemaat, Timotius Merne, yang menjadi harapan masyarakat, sebagai pemimpin yang bisa diandalkan untuk mengarahkan dan membimbing mereka, bekerja untuk menjaga eksistensi kampungnya.
Kata Martinus, bantuan Pemerintah yang pernah mereka dapat yaitu melalui dana pemberdayaan Kampung, adalah sebesar Rp 105 Juta,yakni pada tahun 2008, dana itu digunakan untuk membeli Genset, Motor 15 PK, Televisi 24 inci, Antene Parabola, Chain Saw dan mesin babat rumput.” Hanya itu saja yang kami dapatkan, setelah itu, tidak ada lagi sampai sekarang,” tandasnya.( alberth yomo )
Kampung yang dihuni kurang lebih 60 jiwa itu, hingga tahun 2011 ini tak tersentuh oleh program Respek. Mereka hidup apa adanya, dengan menggantungkan nasib mereka pada segala sesuatu yang disediakan oleh alam tempat mereka bernaung. Tidak ada bangunan permanen, baik Gereja maupun rumah warga, semuanya dari kayu dan gaba, semuanya dibuat dengan cara dan pengetahuan tradisional.
“ Ya, dari tahun 2007 sejak kami terlepas dari Kampung induk, Airoran, kami tidak pernah dapat program Respek,” ungkap Martinus Nunukuau, Kaur Pembangunan, Kampung Bina, Distrik Apawer Hulu, Kabupaten Sarmi. Meski iri dengan kampong induknya Airoran yang mendapat dana Respek setiap tahunnya, tapi dirinya berupaya untuk realistis melihat kondisi itu.
Karena keadaan itu, kata Martinus, Kepala Kampung dan sejumlah warga sudah berupaya ke Kabupaten Sarmi untuk meminta kejelasan soal program Respek, namun mereka tidak mendapat tanggapan. “ Kepala Kampung pulang ke sini, tidak bawa hasil, ya kami tinggal saja seperti ini,” jelasnya.
Karena tidak mendapat perhatian dari Pemerintah, banyak warga di kampungnya, kata Martinus, yang pergi ke Sarmi dan menetap berbulan-bulan di Sarmi, termasuk Kepala Kampung dan Sekertaris Kampung.” Sekertaris Kampung sudah 4 tahun tinggal di Sarmi, tidak pernah pulang ke Kampung lagi,” ungkapnya.
Dalam keadaan yang demikian, kata Kaur Pembangunan ini, hanya seorang guru Jemaat, Timotius Merne, yang menjadi harapan masyarakat, sebagai pemimpin yang bisa diandalkan untuk mengarahkan dan membimbing mereka, bekerja untuk menjaga eksistensi kampungnya.
Kata Martinus, bantuan Pemerintah yang pernah mereka dapat yaitu melalui dana pemberdayaan Kampung, adalah sebesar Rp 105 Juta,yakni pada tahun 2008, dana itu digunakan untuk membeli Genset, Motor 15 PK, Televisi 24 inci, Antene Parabola, Chain Saw dan mesin babat rumput.” Hanya itu saja yang kami dapatkan, setelah itu, tidak ada lagi sampai sekarang,” tandasnya.( alberth yomo )
No comments:
Post a Comment