Ada hal menarik yang disampaikan Ketua Tim Pengelolah Kegiatan Kampung(TPKK) Manda Yawan, dari proses yang mereka hadapi ketika program PNPM Mandiri – Respek itu hadir di kampong mereka. Tidak hanya program fisik yang nyata dihadapan mata mereka, tetapi ada hal penting lainnya yang mereka dapatkan dari program tersebut yang tidak dilihat dan dirasakan orang lain?
Laporan : Alberth Yomo
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Direktur Yayasan Pengembangan Masyarakat Desa ( YPMD ), Decky Rumaropen beberapa waktu lalu, bahwa program Respek yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Papua, kemudian disinergikan dengan program Nasional PNPM Mandiri terhadap ribuan kampong di Papua, telah menjadikan program ini sebagai sekolahnya orang Kampung, ternyata diakui oleh Ketua TPKK Mamda Yawan, Martinus Wamebu.
“Kami belajar banyak dari program ini, karena dengan adanya program ini, kami sudah tau cara mengatur uang untuk belanja bahan, kami juga tau bagaimana membuat laporan yang benar, ketika terjadi kesalahan, kami bertanya kepada pendamping atau teman-teman lainnya di kampong ini, ternyata kami bisa saling mengisi kekurangan yang ada,” jelas Martinus.
Selain itu, kata Martinus, proyek yang dihasilkan dari musyawarah bersama masyarakat di kampong, tidak bisa “main tipu”, karena proyek ini langsung diawasi oleh seluruh masyarakat. Ketika ada yang buat salah dengan uang proyek, masyarakat akan marah besar. Karena itu, apa yang diputuskan bersama, benar-benar dijalankan dengan baik tanpa ada kecurangan.
Ketika tiba waktunya membuat laporan keuangan, kata Martinus, bukan dirinya atau bendaharanya sendiri yang bekerja sendiri, tetapi Kepala Kampung dan masyarakat lainnya saling menopang, sehingga laporan yang dibuat itu benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.
“Semua proses pembiayaan yang terjadi dalam kegiatan ini, kami harus simpan buktinya, baik berupa nota belanja atau kwitansi, sehingga itu akan dilampirkan dengan laporan. Saya lihat program ini benar-benar diawasi dengan ketat. Kami tidak bisa main-main. Tapi saya senang sekali, karena masyarakat semua mendukung kegiatan ini,” tandasnya.
Martinus berharap kepada Pemerintah Provinsi Papua, agar program ini tetap berjalan tiap tahun, karena kampung mereka masih membutuhkan pembangunan fisik dan program-program lainnya, selain untuk menata kampong mereka menjadi lebih baik, tetapi lebih dari itu, kehidupan masyarakat di kampong mereka, juga dari waktu ke waktu semakin baik.
“Kalau program ini berjalan terus menerus setiap tahun, saya sangat yakin, pada lima sampai 10 tahun ke depan, akan terjadi perubahan besar di tanah Papua ini. Masyarakat akan merasa aman, tentram kemudian mereka akan bangkit untuk belajar mandiri, dan akhirnya tidak lagi bergantung pada bantuan Pemerintah, tetapi akan menjadi orang yang mampu bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri,” jelasnya.***